Sabtu, 21 Juni 2008

PENANDATANGAN MoU SMK KEHUTANAN

PENANDATANGANAN MoU SMK KEHUTANAN

SMK Kehutanan dibuka tahun ini dengan taraf sekolah internasional pada lima lokasi yakni Kadipaten, Makasar, Pekanbaru, Samarinda dan Manokwari. Penanda tanganan kesepakatan bersama (MoU) antar menteri dilakukan di Gedung Depdiknas Jakarta pada hari Jum'at 20 Juni 2008.
Penanda tanganan MoU pada hari Jum'at itu dilakukan oleh empat menteri yakni Mendiknas, Menhut, Menperind dan Menteri Pertanian. Hadir Mendiknas Prof Dr. Bambang Sudibyo, M.PA, Menhut H. MS Kaban, SE, M.Si, Sekjen Depperind Bp Agus Cahayana mewakili Menpenrind, sedangkan Menteri Pertanian tidak hadir pada saat ini karena tugas mendadak dari Presiden. MoU dengan Mentan akan dilakukan pda waktu yang lain.
Hadir juga segenap pejabat eselon I masing masing departemen, dan sejumlah pejabat tiap departemen terkait. Dari Dephut hadir Sekjen Dephut Ir. Boen Purnama, Kapusdiklat Dephut Bp Helmi, Kabid Penyelenggaraan Pusdiklat Dephut Ir.Bambang Trianto,M.Sc, Ir. Al Sukarmen, MSc, Kepala Balai Diklat Kehutanan Kadipaten Ir. Bambang Sukahar, MM, Kepala Seksi Penyelengggara Diklat BDK Kadipaten Ir. Edi Kurniadi, M.Sc, Widyaiswara BDK Kadipaten Gamin, MP, Syamsul Bahri, S.IP. Pejabat lain dari dephut adalah para pejabat dari Biro hukum, pusinfo, dan dari Pusat diklat yakni Pak Sugiyono-widyaiswara.
Penanda tanganan di lakukan pukul 14.00 wib.
Kapusdiklat mengamanatkan agar segera melakukan tindakan teknis dalam penyelenggaraan SMK Kehutanan. Kepala BDK Kadipaten Ir Bambang Sukahar MM memerintahkan kepada Ketua Panitia Penerimaan Siswa Baru SMK Kehtuanan Kadipten (Gamin, MP) dan Sekretaris (Syamsul Bahri, SIP) agar ssegera melakukan langkah operasional dalam penerimaan, seleksi dan penyelenggaraan SMK Selanjutnya.
SMK Kehuhtanan Kadipaten telah melakukan pendaftaran sejak beberapa hari lalu dan pendafrtaran ditutup tanggl 26 Juni 2008. Seleksi administrasi direncanakan tanggal 27 dan 28, pemanggilan peserta yang berhak ikut test direncanakan 30 Juni. Rencana test tertulis tanggal 4 juli dan test fisik tanggal 5 juli. Materi test tulis adalah amterimatika, ipa, bahasa ingggris dan psikotest. Test fisik dilakukan terhadap lari 100 m, push up dan sit up serta mungkin skot jump.
Pengumuman hasil test direncanakan tanggal 10 juli 2008 dan mulai pembelajaran direncanakan 21 juli 2008.

Minggu, 15 Juni 2008

MENGENAL PULAU TINJIL
Sebagai Satu dari Sepuluh Pulau di Dunia
Tempat Penangkaran Alami Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Oleh : Gamin*)

Abstract :
Tinjil Island is a small island wich is located in the south of west part of Java Island. This island has an area with about 600 ha in size. Tinjil is managed by Primate Research Center, Bogor Agriculture University as A Natural Breeding Facility of Macaca fascicularis. There are estimated 2.200 monkeys life there. Approximtely 1.300 breeding monkeys was harvested for biomedical research i.e. Polio, HIV and other medical research. Not only research, education and field course could be taken in Tinjil, but also a vacation because some beautiful nature views available there.

Keadaan Umum Lokasi
Pulau Tinjil adalah sebuah pulau kecil di selatan pulau Jawa bagian barat dengan jarak kira-kira 16 km dari Muara Binuangeun, Pandeglang, propinsi Banten. Luas pulau ini sekitar 600 hektar dengan lebar dari utara ke selatan sekitar 1 kilometer dan memanjang dari timur ke barat sepanjang 6 kilometer. Secara geografis Pulau Tinjil terletak pada posisi sekitar 105º45´ Bujur Timur dan 7º0´ Lintang Selatan (Kyes, 1993).

Topogorfi lapangan umumnya datar kecuali satu bukit karang bervegetasi bambu pada jalur ES (Emil Salim) yang disebut “Bukit Bambu/Bamboo Hill”. Jenis tanahnya terdiri atas Lithic Qutzipsammant 215,89 ha, Lithic ustisammant 293 h, Haplustuit 41,48 ha, Lithic ustropept 8,27 ha dan Fluguentic 15,73 ha (Rusliana et.al., 1991 dalam Sinaga, 2006).
Cuaca ditunjukkan dengan adanya panas/suhu udara dan angin. Panas ditunjukkan dengan adanya radiasi matahari 9680 kJ.m 2 hari 1 – 14675 kJ.m2 hari 1 dengan koefisien 60-70 %. Angin berkecepatan 1,3 – 2,5 m/detik dengan arah tidak beraturan (Asril et.al.,1991 dalam Sinaga, 2006).
Populasi satwa yang hidup di Tinjil terdiri atas Monyet (macaca fasicularis), Biawak (Varanus salnator), berbagai jenis burung (Aves), Kupu-kupu, Ular Piton (Bungaros sp), ular tanah dan masih banyak yang lain lagi. Tumbuhan yang hidup disini yang disukai monyet terdiri atas Butun (Baringtonia asiatica), Ketapang (Terminalia cattapa), Waru laut (Hisbiscus tilliaceus), Beringin (Ficus benyamina ,dan Melinjo (Gnetum gnemon).
Populasi satwa yang dominan adalah monyet ekor panjang (Macaca fasicularis) dengan jumlah sekitar 2.200 ekor (PSSP, 2002). Monyet ini hidup secara berkelompok dalam 12 kelompok. Jumlah kelompok bervariasi antara 30-40 ekor.Keberadaann monyet di Pulau Tinjil diintroduksi secara bertahap sejak 1988. Antara Februari 1988 dan Desember 1994 sebanyak 520 monyet ekor panjang dilepaskan di Tinjil. Jumlah ini terdiri atas 58 pejantan dan 462 betina. Pelepasan satwa yang berasal dari Lampung, Palembang dan Jawa Barat tersebut dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan screening dan seleksi kemampuan reproduksi. Kupu-kupu dilaporkan terdapat terdapat 11 jenis. Populasi biawak (Varanus salvator) cukup banyak, akan tetapi penelitian tentang biawak baik jumlah maupun habitatnya belum dilakukan. Satwa lain adalah Nicobar pigeon (Coleonas nicobarica), Orilus chinensis dan Ducula bicolar.
Secara administrasi kehutanan Pulau Tinjil termasuk kawsan Perhutani Resort Polisi Hutan(RPH) Malingping, Bagian Kesatuan Pemangkuan (BKPH) Malingping, KPH Pandeglang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Dalam administrasi pemerintahan P. Tinjil termasuk wilayah desa Tanjungan, kecamatan Cikeusik, kabupaten Pandeglang, propinsi Banten.


Fungsi Kawasan
Pulau Tinjil difungsikan sebagai Stasiun Lapangan Pengamatan Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat-Institut Pertian Bogor. Pengembangan Stasiun ini merupakan kerjasama antara PSSP-IPB dengan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten yang disponsori oleh Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup RI.
Kerjasama pengelolaan antara Perum Perhutani dengan IPB untuk kepentingan riset dimulai sejak 1991 hingga 2001, dan kemudian diperpanjang hingga 2011.
Beberapa universitas mancanegara seperti University of Washington, Universitas Wake Forest, North Carolina, dan sejumlah universitas di Jerman dan Australia telah melakukan kerjasama penelitian dengan IPB. Pulau Tinjil ini adalah merupakan satu diantara sepuluh pulau di dunia yang dijadikan sebagai tempat pengkaran monyet ekor panjang, (PR Online, 2003). Pulau sejenis diantranya adalah P Deli, sebelah barat Tinjil di Prop. Banten-Indonesia, P Umang-umang di Prop. Lampung-Indonesia, dan P Yaku-Shima di Jepang.
Sebagai stasiun pengamatan primata, di dalam kawasan ini terdapat 10 jalur pengamatan. Dua jalur utama memanjang dari timur ke barat yakni jalur ES (Emil Salim) dan jalur CD (Chuk Darsono). Jalur ES adalah jalur yang dibuka oleh bapak Emil Salim (pemerhati lingkungan hidup yang juga Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan) pada tahun 1988. Chuk Darsono seorang ahli primate Indonesia membuka jalur lain sehingga namananya diabadikan menjadi jalur CD. Satu jalur lain yang memanjang ke barat dari pantai timur adalah jalur SH (Suhardjo Hardjosworo), namun tidak tembus ke pantai barat. Sebanyak delapan jur lain memotong ke tiga jalur ES, CD dan SH tersebut. Arah delapan jalur yang lebih pendek ini hampir mendekati utara selatan. Jalur-jalur tersebut adalah : KO (Kamil Oesman), OS (Orville Smith), RK (Randy Kyes), JK (Jay Kaplan), SA (Sitana Arsjad), HW (Hartono Wirjodarmodjo) dan DS (Dondin Sajuthi).
Pada kawasan ini terdapat 12 kandang penangkapan yang tersebar di sepanjang jalur. Kandang penangkapan dibuat dari ram kawat dengan ukuran panjang dan lebar adalah 3 x 3 meter. Pada salah satu sisi kandang dibuat pintu berukuran sekira 60cm x 80 cm. Pintu kandang dibuat sedemikian rupa sehingga sistim membuka adalah ke atas dan menutup ke bawah. Cara menutup pintu dilakukan dengan melepaskan tali yang dikendalikan dari kandang pengintai yang berjarak sekitar 30 m dari kandang penangkapan.
Mengapa di pulau terpencil? Penangkaran alami satwa termasuk monyet ekor panjang untuk tujuan khusus umumnya dilakukan pada pulau kecil yang terpencil. Hal ini mempunyai beberapa alasan, yakni : 1)untuk mempertahankan habitat alami satwa, 2)meminimalisir gangguan satwa oleh manusia, 3)mengisolasi satwa dari penyakit yang datang dari luar, serta 4)menghindari migrasi satwa.
Perkembangan alami satwa akan terjaga dengan hidup di pulau terpencil. Satwa akan berkembang secara alami mulai makan tidur dan berkembang biak semua terjadi di alam bebas bukan di kandang. Pulau terpencil bagaikan kandang alam tanpa pagar, karena dipagari oleh alam (laut di sekelilingnya).
Gangguan manusia dapat diminimalisir. Di pulau terpencil kedatangan manusia selain pengurus dapat diminimalisir dengan mudah. Pendatang harus mengantongi ijin dari pejabat pengurus. Nelayan yang istirahat hanya boleh menambat perahu tetapi tidak diijinkan turun ke pulau apalagi untuk tinggal, kecuali darurat seijin petugas.
Isolasi penyakit dari luar. Di pulau terpencil dengan mudah dibatasi interaksi dengan dunia luar. Penyakit dari satwa lain tidak mudah masuk dan menular ke satwa. Penyakit yang dibawa manusia dapat dikendalikan dengan mewajibkan semua pendatang untuk memeriksakan kesehatan. Setiap pengunjung yang datang baik pejabat, tamu, peneliti, mahasiswa maupun peserta diklat wajib menyerahkan foto Rontgen Thorax sebagai bukti bebas penyakit TBC yang mudah menular ke satwa. Petugas dan nelayan anggota diperiksa kesehatannya setiap 6 (enam) bulan.
Migrasi satwa dapat dihindari dengan penangkaran di pulau hampir tidak erpencil. Monyet hampir tidak mungkin dapat berenang menyeberangi lautan untuk pindah ke daratan lain. Populasi tidak akan terdesak keluar areal meskipun terus bertambah. Pengurangan populasinya adalah dengan dipanen untuk keperluan penelitian dan kesehatan.
Fungsi kandang penangkapan ada dua, yakni : 1) Sebagai tempat pemberian tambahan ransom (makanan dan minuman), dan 2) sebagai tempat memanen (menangkap) sewaktu dibutuhkan.

Pemberian pakan/ransum
Pemberian ransom tambahan dilakukan setiap hari pada setiap kandang dengan volume sekitar 10 kg pisang dan jagung pipil sekitar 1-1,5 kg. Makanan diletakkan di dalam kandang setiap hari. Kebiasaan makan biasanya didahului oleh pimpinan kelompok, baru kemudian anggotanya. Waktu datang ke kandang tidak dapat dipastikan selama ini.
Pada musim kering pemberian air minum dilakukan setiap hari di sekitar kandang. Pada musim penghujan tempat minum biasanya terisi oleh air hujan. Sedangkan pemberian makanan diberikan setiap hari baik pada musim kering maupun musim penghujan. Hal ini bertujuan untuk : 1) mempermudah pemanenan bila diperlukan, dan 2)menjaga populasi agar tidak kekurangan makanan.

Penangkapan
Penangkapan dilakukan melalui kandang-kandang penangkapan. Cara melakukan penangkapan adalah dengan mengintai terlebih dahulu melalui kandang pengintaian. Setelah meletakkan makanan pada kandang penangkapan, petugas memasuki kandang pengintaian sebelum monyet-monyet datang. Petugas menunggu di kandang pengintaian hingga ada kelompok monyet yang masuk ke kandang untuk makan. Bila monyet sudah masuk, kemudian petugas menutup pintu kandang penangkapan dengan cara melepas tali penggantung pintu yang diikat di kandang pengintaian. Menurut pengalaman petugas, ada kalanya dalam satu hari pengintaian tidak ada seekor monyetpun yang masuk ke kandang.
Setelah pintu ditutup, langkah selanjutnya adalah menangkap monyet satu persatu. Monyet yang berukuran badan besar perlu dibius untuk memudahkan membawa ke kandang karantina. Cara membius adalah dengan menyuntikkan obat bius pada paha / pantat monyet setelah dipegang ekornya. Perilaku monyet saat terperangkap umumnya berusaha keluar kandang dengan memanjat dinding kawat. Kondisi seperti ini memudahkan petugas untuk memegang ekor dan menyuntikkan obat bius.
Penangkapan dilakukan bila ada permintaan dari lembaga yang bekerjasama dengan PSSP IPB. Produsen vaksin (dintaranya vaksin polio) yakni PT. Biofarma di Bandung adalah salah satu lembaga yang memanfaatkan monyet ekor panjang dari IPB. Lembaga lain adalah University of Washington untuk keperluan penelitian.



Instalasi Pendukung / Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kegiatan penangkaran dan penelitian dibangun sarana-sarana sebagai berikut : 1) Transit Base Camp Muara Binuangeun yang berfungsi sebagai tempat transit sebelum menyeberang ke P. Tinjil, dan penyedia semua kebutuhan operasional P. Tinjil; 2) Base Camp di P. Tinjil yang terdiri bangunan utama, pondok peneliti dan pondok karyawan. Selain sarana utama tersebut, didukung pula dengan adanya dermaga kapal, ponton serta radio komuniksi antara Muara Binuangeun dan P. Tinjil. Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, unit penangkaran P. Tinjil PSSP LP-IPB mengijinkan dua kelompok nelayan secara terkoordinir mencari ikan dan udang di sekitar P. Tinjil.

Pengelolaan Populasi
Pengelolaan populasi dan habitat adalah bentuk pengelolaan yang dilakukan di P. Tinjil. Survey dan sensus populasi dilaksanakan secara berkesinambungan menggunakan jalur-jalur yang tersedia untuk memonitor dinamika populsi yang terjadi. Berdasarkan hasil survey estimasi populasi monyet ekor panjang di P. Tinjil sampai awal tahun 2002 berkisar antara 2200-2400 ekor. Hingga sekarang 2006 dipastikan jumlah populasi melebihi angka tersebut.
Habitat enrichment lebih diarahkan kepada pengayaan jenis pakan alami. Pakan tambahan (ransum) diberikan satu kali sehari pada setiap kandang yang bertujuan untuk memudahkan pada saat pemanenan.
Pemanenan hasil penangkaran di P. Tinjil diprogramkan dua kali dalam setahun dengan rata-rata pertahun sebanyak 100-125 ekor. Sejak dimulai kegiatan penangkaran, sampai saat ini telah dilakukan serangkaian kegiatan pemanenan. Sampai tahun 2003 sebanyak 1300-an ekor (Kompas, 2003) telah ditangkap dan digunakan untuk kegiatan penelitian dalam bidang Biomedis (termasuk penelitian AIDS dan Aterosklerosis), Biologi (perilaku, reproduksi, dll) serta penelitian biakan jaringan invitro dari organ atau jaringan tubuh monyet ekor panjang. Penelitian tersebut dilakukan oleh Pusat Studi Satwa Primata, LP-IPB bekerja sama dengan “Washington Reginal Primate Center, University of Washington” dan “Wake Forest School of Medicine” USA serta kerja sama dengan instansi dalam negeri seperti Biofarma, dan perguruan tinggi lainnya. Data tentang jumlah tangkapan hingga terakhir 2006 belum penulis dapatkan.

SDM Pengelola
Personil pengelola Pulau Tinjil terdiri atas 20 orang, yang terdiri atas : Supervisor dari Bogor sebanyak 2 orang, pengelola base camp transit Muara Binuangeun 7 orang dan 11 orang untuk di Pulau Tinjil. Petugas yang di Pulau Tinjil mempunyai kesempatan libur 10 hari dalam sebulan dan 20 hari kerja. Pergantian petugas diatur sedemikian rupa sehingga setiap hari selalu ada 9 orang siaga di Pulau Tinjil.

Panorama Alam
Pemandangan alam yang dapat dinikmati di Pulau Tinjil adalah pantai pasir putih, taman laut, pemandangan pantai laut lepas yang cukup indah, serta pemandangan sun rise dan sunset. Kegiatan berjalan keliling pulau dengan menyusuri pantai merupakan petualangan tersendiri bagi pengunjung P. Tinjil.


Kesimpulan

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa : 1) Pulau Tinjil ternyata mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan, penelitian dan kesehatan, 2)Monyet ekor panjang cukup berjasa dalam uji coba medis untuk kepentingan kesehatan manusia.


DAFTAR BACAAN :

Kompas, 2003. Dari Monyet untuk Manusia. Pulau Tinjil sebagai Penghasil Hewan Penelitian AIDS. Kompas, Minggu, 14 September 2003. www.kompas.com.
Kyes, R.C. 1993. Survey of the Long-Tailed Macaques Introduced Onto Tinjil Island, Indonesia. American Journal of Primatology 31:77-83 (1993).
PR, 2003. Tinjau Ulang Rencana Penyewaan Pulau Tinjil, Akan Dijadikan Tempat Penimbun BBM oleh Negara Penghasil Minyak. Kamis, 04 September 2003. www.pikiran rakyat.com.
PSSP, 2002. Pulau Tinjil Sebagai Sarana Penangkaran Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Kegiatan Penelitian, Pelatihan dan Pendidikan. Pusat Studi Satwa Primata, Lembaga Penelitian-Institut Pertanian Bogor. (Leaflet).
Sinaga, W., 2006. Study Population Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Tinjil (Individual Project on The Field Course on Primate Behavior and Ecology) PSSP-LP-IPB dan Washington University, 2006.


*) Widyaiswara Madya pada Balai Diklat Kehutanan Kadipaten

Kemah Konservasi, Week End Yang Murah & Cinta Lingkungan

Anda pecinta lingkungan?
Anda prihatin dengan lingkungan yang semakin rusak?
Bagaimana action anda dengan bumi yang makin panas?
Apa yang telah anda lakukan?
Tahukah anda yang perlu anda lakukan?

Sebuah liburan kecil di akhir pekan mungkin dapat membantu anda memberikan kontribusi pada bumi kita. Bagaimana? Belajar tentang alam sambil liburan. Dimana? Di hutan. Apa yang dilakukan? Berkemah konservasi. Apa saja agendanya? Tidur di tenda, masak sendiri, mengamati burung sebagai indikator lingkungan, paduan senja untuk merasakan perubahan dari siang ke malam, menyongsong fajar untuk merasakan perubahan dari malam ke siang, menganalisa vegetasi, mempeljari peta kontur di lapangan, mempelajari dan mengenal tumbuhan survival, tumbuhan obat, tumbuhn berbahaya dan beracun (tumhaycun), rapeling outbound, dan kegiatan team building lainnya.