Jumat, 15 Mei 2009

PENDIDIKAN LINGKUNGAN SAMBIL FLYING FOX


SMAN I Majalengka dengan semangat melakukan pembelajaran alam dan lingkungan di alam Balai Diklat Kehutanan Kadipaten pada minggu, 10 Mei 2009. Sebanyak 30 siswa/siswi dan 3 pembimbing hadir di kampus Tarzan Sawala, BDK Kadipaten. Pak Hernawan memberikan materi Hutan dan Lingkungan. Pak Hernawan adalah forester senior, Guru SKMA dan Widyaiswara sejak tahun 1980an hingga kini. Beliau juga aktivis Wanadri (petualang alam di Bandung) berikut dua orang putranya. Setelah berdiskusi peserta diajak berjalan di hutan dengan menemui pepohonan, dan teman-teman di kandang yakni para satwa yang ada di demplot hutan diklat Sawala. Ada Rusa, Kura-kura, Burung Kasuari, Burung Kakatua, Burung Nuri, Marmut, sedangkan Landaknya sedang jalan-jalan keluar kandang.
Separuh waktu dari waktu kunjungan digunakan untuk bermain Flying Fox, suatu permainan High Impact (Highrope Game). Permainan ini difasilitasi oleh rekan-rekan dari Sawala Anventure Camp suatu volunteer dalam Highrope Game Outbound.
Sembilan voluteeer dari adik-adik SMK Kehutanan Kadipaten juga menemani SMAN I Majalengka ini dalam bermain flying fox.
Semoga melalui permainan outbound ini kesadaran kritis masyarakat akan hutan dan lingkungan akan semakin tinggi.
Save the world.

HUTAN MENERANGI MASYARAKAT




Hutan Diklat Tabo-Tabo punyaknya BDK Makasar-Sulsel dapat menerangi masyarakat sekitar hutan. Pada htuan diklat ini dipasang pembangkit listrik Micro Hydro Power. Micro Hydro Power adalah pengmabangkit listrik yang memanfaatkan arus air terjun. Pembangkit listrik di Tabo-tabo ini mampu menghasilkan listrik sebesar 10.000 watt. Listrik dari hutan diklat ini dapat menerangi masyarakat minimal 6 bulan dalam setahun, kata Pak Adi Suyadi, S,Hut-Kepala Seksi Hutan Diklat BDK Makasar, penguasa hutan Tabo-Tabo. Pada bulan-bulan kering dimana debit air berkurang, dengan sendirinya pembangkit listrik tidak dapat menghasilkan listrik.
Penulis berkunjung ke Tabo-tabo pada akhir bulan April lalu. Kunjungan ke Tabo-tabo penulis lakukan bersama para pemeriksa dari Itjen Dephut Jakarta, diantar oleh Pak Adi dan Pak Hasanudin pengelola hutan Tabo-Tabo.